Kamis, 25 Maret 2010

Doa Permohonan Kesehatan dan Keberhasilan UN


Usaha dan Doa merupakan dua kata yang tidak bisa dipisahkan bagi orang beriman. Keduanya harus selaras dan seimbang dengan harapan membentuk manusia yang tidak sombong ketika berhasil atau sukses karena ia menyakini bahwa keberhasilan atau kesuksesannya itu atas kehendak Allah SWT. dan tidak bersedih berlebihan  ketika gagal atau terkena musibah yang menimpanya. Boleh juga dikatakan bahwa Usaha dan Doa menghantarkan manusia beriman menjadi orang yang pandai bersyukur dan selalu sabar.

Beragam usaha yang telah sekolah kami lakukan untuk mempersiapkan Ujian Nasional (UN) antara lain: Pendalaman materi yang telah dilaksanakan setia hari Jumat dan Sabtu yang dimulai dari minggu pertama bulan November 2009 sampai minggu kedua bulan Maret 2010, Achievement Motivation Training (AMT)  yang tujuannya memotivasi siswa dengan mendatangkan motivator di Sukabumi selama tiga hari, Career day yaitu acara yang mendatangkan tokoh karir yang dapat memotivasi siswa untuk sukses di masa depan, Mind Mapping yang bertujuan untuk meningkatkan daya ingat dan cara menghafal cepat, Tes diagnostik yang dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan awal siswa dan dimana letak kelamahannya, Enam kali (6x) Try Out yang meliputi: 3x try out mandiri yang soalnya dibuat sendiri, 1x Try out Paguyuban yang merupakan paguyuban sekolah-sekolah terbaik di DKI, dan 2x Try out MKS (Musyawarah Kepala Sekolah) di DKI. Rangkaian acara itu di tutup dengan Dzikir dan doa bersama serta Nasehat dari Tokoh Pendidik Nasional yaitu Bapak Prof. Dr. H. Arief Rahman, M.Pd.

Doa bersama ditutup dengan salam-salaman guru-guru dan Orang tua siswa yang hadir saat itu dengan siswa kelas IX dan Akselerasi. Acara itu begitu haru, ucapan maaf yang tulus keluar dari anak ke guru, anak ke orang tua, atau sebaliknya. Ketulusan dan terbebasnya penyakit hati yang membebankan akan menjadi bekal mental anak-anakku mengikuti UN minggu depan.

SELMAT BERJUANG ANAK-ANAKKU, TUNJUKAN KEHEBATANMU DENGAN PRESTASI YANG GEMILANG DIMANAPUN KAMU BERADA. DOA DAN RESTU KAMI (GURU-GURU DAN ORANG TUAMU) MENYERTAIMU

Senin, 22 Maret 2010

Haruskah anakku mengulang SMA satu tahun lagi karena musibah dari Mu, yaa..Allah.

Kemarin, tepatnya mulai hari senin 22 sampai 26  Maret 2010 seluruh siswa SMA/SMK/MA melaksanakan Ujian Nasional (UN) utama. Mulai tahun ini, ada tiga istilah di UN yaitu: UN utama, UN susulan, dan UN ulangan. Sebanyak 3.610.625 siswa SMA/SMK  yang mengikutinya (Media Indonesia,22 Maret). UN susulan dilaksanakan satu minggu setelah UN utama  sedangkan UN ulangan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Mei (10 s.d. 14 Mei) yang khusus dipergunakan untuk siswa yang tidak lulus di UN utama atau UN susulan.

Masubih...ya, sebuah kata yang tak seorangpun mengetahui kapan ia akan terjadi dan kepada siapa ia akan terjadi? Musibah itu salah satunya terjadi pada anak kami yang telah lulus tiga tahun yang lalu, dan ia seharusnya mengikuti UN yang dimulai hari Senin hingga Jumat minggu ini.

Musibah tersebut terjadi pada malam Nyepi yaitu pada tanggal 15 Maret 2010, anak kami mendapat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan ia harus masuk ruang ICU rumah sakit. Andai UN susulan atau UN ulangan dilaksanakan di Rumah Sakit, tentu saja dengan kondisi seperti itu ia tidak akan mampu untuk mempersiapkan dan melaksanakan UN dengan baik. tetapi Jika ia tidak mengikuti UN susulan maupun UN ulangan maka sudah dipastikan bahwa ia tidak akan lulus SMA dan ia akan mengulang satu tahun lagi....

Haruskah anakku itu harus mengulang SMA satu tahun lagi, karena musibah yang dialaminya. Mudah-mudahan masih ada peraturan pemerintah atau peraturan mentri atau apalah namanya yang mengatur hal-hal yang sangat khusus tersebut. Kalau boleh saya mengusulkan ditambahkan satu istilah lagi yaitu UN khusus untuk peserta UN yang mendapatkan musibah (sakit) sebagai tanda pelayanan pemerintah kepada anak bangsa. Sebagai pendidik, Saya merasa tidak adil jika siswa tidak lulus disebabkan musibah yang terjadi padanya.

Minggu, 21 Maret 2010

Tetesan Embun dari "BOIM-2"

Satu minggu Boim beristirahat di rumah, ia menganggap waktu satu minggu begitu lama karena telah meninggalkan sekolah dan membantu ibunya. Semenjak ia masuk SD hingga mau menjelang kelulusan, waktu terlama tidak masuk sekolah yaitu saat ini. Dihatinya sudah tertanam rasa tidak nyaman kalau tidak masuk sekolah, sekolah dianggapnya sebagai rumah yang istimewa dengan guru sebagai orang tua terdidik dan teman-temanya sebagai saudara yang selalu berlomba untuk menuntut ilmu dan menjadi yang terbaik.

Kehadiran kembali Boim di kelas  membuat Pak Jamal dan teman-temanya gembira. Pak Jamal adalah wali kelas 6.1, dari tiga kelas 6 yang lain. Ia kami anggap sebagai wali kelas yang sangat perhatian sekali sama kami. Walaupun ia belum berkeluarga saat itu, namun naluri seorang ayah kepada anak-anaknya sangat kami rasakan ketika ia ada bersama kami di kelas. Ia bilang "anak-anak sekalian, kita patut bersyukur kepada Allah karena ada satu siswa dari kalian semua yang mendapat jumlah nilai  NEM (Nilai Ebatanas Murni) tertinggi ke dua se kecamatan". Ucapan itu disambut dengan tepuk tangan yang meriah dengan diiringi rasa ingin tahu, siapakah siswa yang dimaksud Pak Jamal itu? Teng...teng...teng... bunyi loceng telah dipukul bertanda waktu untuk istirahat, Pak Jamal melanjutkan "Anak-anak sekalian, siapakah anak yang beruntung itu? kita akan lihat dipengumuman kelulusan minggu depan, sekarang mari kita istirahat...".

Waktu istirahat Boim pergunakan untuk mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk karena ketidakhadirannya selama satu minggu di sekolah. Ia memperkirakan waktu pulang sekolah tidaklah mungkin untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut karena ia harus ke sawah dan memelihara kambing-kambingnya. Setelah meletakkan tas, melepas sepatu, dan berganti pakaian Boim ke dapur untuk makan siang. Di atas meja makan sederhana sudah tersedia nasi, sayur, dan telur goreng. Sayur merupakan menu yang selalu ada karena mudah diperoleh dan tidak perlu mengeluarkan uang utuk membelinya. Karena terlalu sering ibu boim memasak sayur lompong (sejenis tales tapi pohonya lebih kecil) membuat sayur lompong menjadi sayur pavoritnya. Warna kuah sayur lompong agak kecoklatan, batangnya terasa lembut di lidah, dan umbinya enak sekali.

Sabtu pagi, seluruh siswa SD dikumpulkan di lapangan upacara untuk mengikuti apel. Tidak seperti biasanya pengumuman kelulusan diawali dengan apel terlebih dahulu, biasanya ketika semua siswa masuk kelas, wali kelas membagikan amplop kelulusan kepada masing-masing siswa. Apel dipimpin langsung oleh kepala sekolah yang dibelakangnya berbanjar wali kelas 6 dengan membawa tumpukan amplop kelulusan dan guru-guru SD yang lain."....Anak-anakku, saat ini Bapak sengaja mengumpulkan kamu di sini untuk memberikan pelajaran yang berharga kepada kelas 5 dan di bawahnya bahwa kelas 6 ....(diam beberapa menit) Alhamdulillah lulus 100% ..." kata-kata kepala sekolah itu membuat semua siswa bertepuk tangan, sebagian kelas 6 melompat kegirangan, dan ada yang  menengadahkan tangan ke atas lalu mengusap ke mukanya. Kepala sekolah melanjutkan "...Bapak dan guru-guru merasa bangga karena peringkat ke dua Jumlah NEM tertinggi se kecamatan ada di sekolah kita....(kata-katanya berhenti lalu mengamati semua siswa kelas 6 satu persatu) ... Siapa dia?.... dia adalah....Muhammad Ibrahim". Kepada ananda Muhammad Ibrahim (atau yang sering dipanggil Boim) agar maju ke depan untuk mendapatkan kenang-kenangan dari sekolah dan ucapan selamat dari Bapak dan Ibu guru. Boim sempat diangkat oleh teman-temanya sampai di depan kepala sekolah, lalu menerima kenangan dan ucapan selamat dari Bapak Ibu guru serta teman-temannya.

Ibu boim merasa terharu mendengar Boim mendapatkan peringkat tertinggi di sekolahnya, dan sekolah memberikan kenangan berupa tabungan sebesar Dua Ratus Ribu Rupiah. Uang tabungan itu ditambah uang hasil penjualan satu ekor kambingnya, Boim pergunakan untuk melanjutkan pendidikannya di SMP Islam Terpadu Harapan. Masuk ke SMP Islam merupakan pesan ayah Boim, agar anaknya nanti dapat membaca Al-Quran dengan baik dan mampu mengamalkannya, walaupun guru-guru Boim mengharapkan agar ia masuk ke SMP Negeri.