Selasa, 15 Juni 2010

Masa Liburan Sekolah

Asyiik libur.... teriak anak-anakku setelah selesai mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) yang berakhir. Walaupun waktu libur di sekolah kami baru dimulai tanggal 26 Juni sampai dengan 11 Juli namun suasana libur seakan sudah bersemayam di benak mereka dengan beragam tempat dan tentu saja fasilitas yang mereka akan dapatkan nanti bersama keluarga.

Ada yang berencana ke Puncak atau Bandung untuk menikmati  panoraman pegunungan dengan kesejukan udaranya, ada juga yang ingin menikmati rekreasi yang ada di Jakarta khususnya wahana yang baru di daerah Ancol, dan ada juga yang mau ke Afrika Selatan untuk ikut menyaksikan secara langsung pertarungan sepak bola dunia yang hampir semua mata tertuju pada negara itu.

Saat ini hampir semua tempat-tempat rekreasi sudah metata kembali, mulai dari sarana dan prasarana pendukung seperti areal parkir, tempat ibadah, kamar mandi (toilet), keamanan dan keselamatan pengunjung, dan yang paling penting tentu saja wahana rekreasi tersebut yang harus brsih, aman, nyaman, dan menyenangkan. Sayang... penataan tempat rekreasi  menyambut libur sekolah tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan infrastruktur oleh pemerintah daerah khususnya perbaikan jalan. Banyak jalan-jalan yang menuju tempat rekreasi yang rusak karena musim hujan yang hingga saat ini masih ada.

Beberapa orang tua memanfaatkan waktu libur sekolah untuk kumpul dan pergi rekreasi bersama. Kerhamonisan keluarga seakan terjalin kembali setelah beberapa lama sibuk dengan aktivitas individu masing-masing yang sulit untuk dipertemukan waktu kebersamaanya. Orang tua punya waktu tetapi anak tidak punya waktu karena sekolah dan ikut beragam les, begitu sebaliknya. Jangankan untuk nonton TV bersama,  untuk duduk bareng sarapan pagi bersama pun kadang jarang terjadi karena waktu aktivitas kantor dengan sekolah jauh berbeda, sekolah sudah mulai aktivitas 06.30 sedangkan kantor rata-rata baru mulai jam 08.00.

Bepergian bersama dengan keluarga tentu harus direncanakan dengan matang, mulai dari tempat tujuan, akomodasi, transportasi, dan yang terkadang luput yaitu agenda penanaman karakter untuk anak. Contoh yang paling sederhana saja misalnya jika di dalam perjalanan telah tiba waktu shalat maka kita bisa berusaha untuk mengunjungi masjid terdekat untuk menunaikan kewajiban kita sebagai muslim bersama keluarga atau sediakan waktu khusus untuk berkata jujur (jangan ada dusta diantara kita) bersama keluarga, atau Anak kita untuk membacakan doa perjalanan pergi dan pulang seperti doa di bawah ini:

Doa saat naik kendaraan jangan lupa berdoa agar perjalanan yang akan kita laksanakan berjalan dengan baik dan mendapat restu dari Allah SWT. adapun doanya sebagai berikut:

Subhanalladzii sakh-khorolanaa haadzaa wamaa kunnaa lahuu mukriniin - Wainnaa ilaa robbinaa lamun qolibuun - Allahhumma inna nas aluka fii safarinaa haadzalbirro wattaqwaa - Waminal 'amali maa tardho - Allahhumma hawwin 'alainaa safaronaa haadzaa - Wathwi  'anna bu'dah - Allahhumma Anta shohibu fiissafari walkholiifatu filahli - Allahhumma innii a'udzubika  miwwa'syaaissafari - Wakaabatil manzhori - Waswail man qolabi filmaali wal ahli wal waladi

Atinya:
Maha suci Allah yang telah memudahkan semua ini untuk kami pada hal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Ya Allah, sesungguhnya kami mohon kebaikan dan takwa kepada Mu dalam perjalanan ini serta amal yang engkau ridhoi. Ya Allah, ringankan perjalanan ini untuk kami dan dekatkan jaraknya untuk kami. Ya Allah, Engkau teman perjalanan dan wakil dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari beratnya perjalanan, pandangan yang menyedihkan, dan keburukan ketika pulang baik dalam keluarga maupun anak.

Ketika kita mau pulang maka kita baca sama seperti doa di atas dan ditambahkan dengan tambahan doa di bawah ini di akhir doa tersebut

Aabituuna - Taaibuuna - 'Aabiduuna - Lirobbinaa haamiduuna.

Artinya :
Kami semua telah kembali, senantiasa bertaubat, senantiasa beribadah, dan senantiasa memuji kepada Tuhan kami.

Silaturrahmi dengan saudara kita di Rumah Sakit

Sumber: Google's Image
Sibuk! ya... kata yang selalu menghinggapi kita khususnya mereka yang tinggal di perkotaan atau metropolitan seperti di jakarta ini. Kalau dulu ada istilah kerasnya petani kita bekerja sehingga mendapat julukan Pergi Pagi Pulang Petang namun sekarang istilah itu bergeser untuk orang yang super sibuk dengan istilah Pergi bulan belum terbenam dan pulang bulan sudah datang. itu artinya berangkat sangat pagi dan pulang sudah larut malam.

Rumah seakan hanya tempat transit sebentar untuk menghilangkan rasa lelah dan penat di tempat kerja dan diperjalanan yang macet dan macet lagi. Sepertinya sudah tidak ada yang bisa membenahi transportasi di DKI ini mengenai kemacetan lalu lintas, karena Fauzi Bowo yang mengaku ahlinya saja tidak mampu mengatasi kemacetan bahkan di bawah kepemimpinannya membuat guru-guru dan siswa di DKI berjibaku kemacetan lebih pagi karena masuk sekolah dimajukan 30 menit dari jam 07.00 menjadi 06.30.

Keharmonisan keluarga, hubungan sosial warga, silaturrahim dengan saudara khususnya bagi yang terkena musibah seperti dirawat di rumah sakit terlewatkan begitu saja, sehingga hati ini hilang sedikit demi sedikit rasa empati terhadap mereka khususnya saudara kita yang terkana musibah. Jangankan merasakan sakitnya yang mereka derita menjenguknya pun kita tak mampu karena kesibukan-kesibukan-kesibukan kita...

Perkembangan anak-anak menjadi remaja sangat memerlukan teladan dari orang tua,  yang mengajak mereka untuk berpikir, berkata, dan bertindak yang bijak. Emosi mereka yang labil kalau tidak diimbangi dengan diskusi dan ajakan melakukan aktivitas yang bermanfaat terkadang akan membuat mereka salah arah. Pengendali emosi yang paling mengikat setiap saat yaitu dengan pendekatan spiritual atau agama. Kalau hati anak-anak kita sudah tersentuh dengan akidah dan ibadah yang mantap maka ia akan mampu mengendalikan gejolak emosinya, ingatlah firman Allah "Barang siapa yang takut kepada Allah dan menahana hawa nafsunya maka balasannya adalah syurga" (79:40-41)

Sebagai orang  tua pun harus menyadari bahwa kecukupan materi tanpa diiringi ibadah,  baik sendiri maupun berjamaah tidak akan membawa kita dan keluarga kita bahagia sesungguhnya. Bahagia sesungguhnya menurut saya ketika kita (keluarga) bisa bahagia di dunia dan kelak di akhirat sebagaimana mimpi kita yang selalu kita ucapkan ketika kita berdoa setiap setelah shalat "Rabbanaa Aatinaa Fiddunya Hasanah Wafil Aakhirotihasanah Wakinaa azaabannaar".

Shalat merupakan salah satu doa yang kalau kita cermati arti bacaan di dalam shalat sangatlah mendalam. Lihat saja ketika kita takbaratul ikhram maka kita akan berucap "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Mu ya Allah, Tuhan semesta alam dan tidak ada sekutu bagimu dst..." lalu dilanjutkan dengan surat Al-Fathihah yang diakhir artinya "...Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat bukan jalan orang-orang yang sesat".

Sebagai makhluk sosial, kita pun bisa mengajak anak-anak kita untuk berbagi dengan saudara kita yang sedang sakit dalam bentuk misalnya menjenguk ketika mereka di rawat di rumah sakit. Hubungan ini ternyata sangat amat dicintai oleh Allah, sampai-sampai  di salah satu hadist Nabi dikatakan bahwa "para malaikat akan mendoakan orang yang menjenguk saudaranya yang sakit".

Doa yang kita baca ketika kita mengunjungi saudara kita yang sedang sakit adalah "Allahhumma Robbannaas Adzhibilbaas Asyfi antasysyaafii laa syifaa a illaa syifaauka syifaa allaayughoodiru saqomaa" (Sumber: Muttafaq 'alaih) artinya "Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkan sakitnya, sembuhkan, Engkau pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit sedikit pun"