Selasa, 15 Juni 2010

Silaturrahmi dengan saudara kita di Rumah Sakit

Sumber: Google's Image
Sibuk! ya... kata yang selalu menghinggapi kita khususnya mereka yang tinggal di perkotaan atau metropolitan seperti di jakarta ini. Kalau dulu ada istilah kerasnya petani kita bekerja sehingga mendapat julukan Pergi Pagi Pulang Petang namun sekarang istilah itu bergeser untuk orang yang super sibuk dengan istilah Pergi bulan belum terbenam dan pulang bulan sudah datang. itu artinya berangkat sangat pagi dan pulang sudah larut malam.

Rumah seakan hanya tempat transit sebentar untuk menghilangkan rasa lelah dan penat di tempat kerja dan diperjalanan yang macet dan macet lagi. Sepertinya sudah tidak ada yang bisa membenahi transportasi di DKI ini mengenai kemacetan lalu lintas, karena Fauzi Bowo yang mengaku ahlinya saja tidak mampu mengatasi kemacetan bahkan di bawah kepemimpinannya membuat guru-guru dan siswa di DKI berjibaku kemacetan lebih pagi karena masuk sekolah dimajukan 30 menit dari jam 07.00 menjadi 06.30.

Keharmonisan keluarga, hubungan sosial warga, silaturrahim dengan saudara khususnya bagi yang terkena musibah seperti dirawat di rumah sakit terlewatkan begitu saja, sehingga hati ini hilang sedikit demi sedikit rasa empati terhadap mereka khususnya saudara kita yang terkana musibah. Jangankan merasakan sakitnya yang mereka derita menjenguknya pun kita tak mampu karena kesibukan-kesibukan-kesibukan kita...

Perkembangan anak-anak menjadi remaja sangat memerlukan teladan dari orang tua,  yang mengajak mereka untuk berpikir, berkata, dan bertindak yang bijak. Emosi mereka yang labil kalau tidak diimbangi dengan diskusi dan ajakan melakukan aktivitas yang bermanfaat terkadang akan membuat mereka salah arah. Pengendali emosi yang paling mengikat setiap saat yaitu dengan pendekatan spiritual atau agama. Kalau hati anak-anak kita sudah tersentuh dengan akidah dan ibadah yang mantap maka ia akan mampu mengendalikan gejolak emosinya, ingatlah firman Allah "Barang siapa yang takut kepada Allah dan menahana hawa nafsunya maka balasannya adalah syurga" (79:40-41)

Sebagai orang  tua pun harus menyadari bahwa kecukupan materi tanpa diiringi ibadah,  baik sendiri maupun berjamaah tidak akan membawa kita dan keluarga kita bahagia sesungguhnya. Bahagia sesungguhnya menurut saya ketika kita (keluarga) bisa bahagia di dunia dan kelak di akhirat sebagaimana mimpi kita yang selalu kita ucapkan ketika kita berdoa setiap setelah shalat "Rabbanaa Aatinaa Fiddunya Hasanah Wafil Aakhirotihasanah Wakinaa azaabannaar".

Shalat merupakan salah satu doa yang kalau kita cermati arti bacaan di dalam shalat sangatlah mendalam. Lihat saja ketika kita takbaratul ikhram maka kita akan berucap "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Mu ya Allah, Tuhan semesta alam dan tidak ada sekutu bagimu dst..." lalu dilanjutkan dengan surat Al-Fathihah yang diakhir artinya "...Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat bukan jalan orang-orang yang sesat".

Sebagai makhluk sosial, kita pun bisa mengajak anak-anak kita untuk berbagi dengan saudara kita yang sedang sakit dalam bentuk misalnya menjenguk ketika mereka di rawat di rumah sakit. Hubungan ini ternyata sangat amat dicintai oleh Allah, sampai-sampai  di salah satu hadist Nabi dikatakan bahwa "para malaikat akan mendoakan orang yang menjenguk saudaranya yang sakit".

Doa yang kita baca ketika kita mengunjungi saudara kita yang sedang sakit adalah "Allahhumma Robbannaas Adzhibilbaas Asyfi antasysyaafii laa syifaa a illaa syifaauka syifaa allaayughoodiru saqomaa" (Sumber: Muttafaq 'alaih) artinya "Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkan sakitnya, sembuhkan, Engkau pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit sedikit pun"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar