Selasa, 24 November 2009

Mari Kita Selamatkan Dieng


Pertengahan Juni 2009, kami (Mahasiswa PPS UNJ Program PEP) mengunjungi dataran tinggi Dieng. Kami tertarik mengadakan penelitian di sana karena ada fenomena "rambut gimbal" yang dialami masyarakat di sana. Dataran tinggi dieng yang terletak diprovinsi Jawa tengah terbagi menjadi dua yaitu sebagian masuk wilayah Banjarnegara dan sebagian lagi masuk wilayah Wonosobo, dengan rarata ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Suhu udaranya sangat dingin  (sekitar 0 derajat celcius) terjadi sekitar bulan Juli - Agustus, sedangkan pada bulan-bulan yang lain berkisar 15 - 20 derajat celcius. Banyak orang yang susah mengeluarkan keringat jika berada di daerah ini, walaupun bekerja keras atau berolahraga.

Masyarakat Dieng umumnya petani, petani yang tidak memiliki lahan karena tanah di sana umumnya sudah dimiliki oleh pemilik modal, baik yang ada di Dieng sendiri maupun yang ada di luar Dieng. Tanah dieng tergolong subur dengan tanaman yang khas yaitu "kacang dieng" dan "purwaceng" yang oleh masyarakat di sana dianggap tanaman yang meningkatkan stamina laki-laki.

Hingga saat itu, tanah Dieng sudah dikuras dengan monopoli tanaman yaitu kentang. Hampir 90 % tanah di Dieng ditanami kentang. Kentang merupakan tanaman yang oleh masyarakat dieng dianggap yang sangat menjanjikan untuk mengangkat perekonomian mereka. Pola tumpang sari yang dapat mempertahankan keberagaman unsur hara tanah seakan telah dikesampingkan oleh masarakat dieng. Pikiran mereka selalu "ketang" "kentang" dan "kentang".

Saat itu kami telah menemukan masalah lingkungan yang kami anggap sangat mengkhawatirkan, yaitu: hilangnya belalang, kupu-kupu, dan serangga lainnya kecuali jenis hewan pemakan kentang yang dicemaskan masyarakat di sana yaitu "engkuk". Jenis hewan ini biasanya hidup di dalam tanah, tubuhnya berwarna putih lebih besar dibanding kepalanya yang berwarna kecoklatan. Frekuensi penyemprotan insektan tanaman kentang tinggi (minimal 2x dalam seminggu), membuat serangga yang lain ikut mati.

Karena bisnis tanaman kentang di Dieng sangat menguntungkan, membuat harga tanah di sana sangat tinggi dan banyak peminatnya. Hal ini membuat oknum-oknum pejabat di sana lupa lingkungan sehingga pohon-pohon yang berada dipegunungan dieng diubah menjadi ladang kentang. Dieng menjadi gundul dan dikhawatirkan akan terjadi longsor di saat musim hujan.

Mari selamatkan Dieng ....Mari selamatkan negeri "para dewa" yang konon tempat itu merupakan tempat awal peradaban hindu di Pulau Jawa.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar